Senin, 11 Agustus 2014

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 1 Agustus 2014



Di Taiwan saya bertemu dengan kepala sekolah masa periode peperangan dulu yang telah lanjut usia beserta istrinya, setelah Tiongkok memenangkan peperangan, mereka pulang ke Nanjing. Saya pernah berkunjung ke rumahnya di Nanjing, saya tidak tahu apakah pintu masuknya ada dua atau tiga, dikelilingi taman, rumahnya sangat besar.

Setelah melangkah masuk pintu gerbangnya akan tampak sebuah taman, pepohonannya sangat banyak, di dalamnya masih ada pintu gerbang kedua, setelah masuk ke dalam, barulah tempat hunian mereka. Bu guru Zhou (istri kepala sekolah) memberitahukan padaku, ada suatu hari, ada seorang Bhiksu yang datang ke rumahnya minta dana, pada saat itu keluarga mereka masih belum memiliki keyakinan agama, maka itu dia bertanya kepada Bhiksu itu darimana asalnya? Ternyata berasal dari Gunung Jiuhua (salah satu dari empat gunung sakral Buddhis di Tiongkok, Gunung Jiuhua adalah Bodhimanda dari Bodhisattva Ksitigarbha). Ketika ditanya ada kepentingan apa datang kemari? Jawabnya: minta dana. Apa yang diinginkannya?  2,5 kilogram minyak wijen.

Kebetulan di rumahnya ada tersedia namun dia tidak mendanakannya, kemudian Bhiksu itupun pergi. Setelah Bhiksu itu pergi barulah dia jadi terpikir, di rumahnya ada dua lapis pintu gerbang, pintu depan tidak terbuka, bagaimana mungkin Bhiksu tadi bisa masuk ke dalam rumah? Kenapa begitu jalan keluar, orangnya sudah tidak tampak lagi? Tanda tanya ini selalu dia simpan di dalam hati, sungguh mengherankan bertemu dengan kejadian aneh ini.

Bhiksu ini berbincang dengannya ada sekitar 15-20 menit lamanya, tidak mungkin penglihatannya bermasalah, juga tidak mungkin ada kesilapan, benar-benar ada orang begini, kenapa begitu melangkah keluar pintu sudah tidak terlihat lagi? Lagipula pintu depan juga tak terbuka, bagaimana caranya dia masuk ke dalam rumah? Lalu bagaimana pula cara keluarnya?

Kemudian Bu guru Zhou pergi ke Taichung mengikuti Upasaka Li Bing-nan belajar Buddha Dharma, lalu menceritakan kejadian ini kepada Guru Li. Guru Li menjawab bahwa Bhiksu itu adalah jelmaan Bodhisattva Ksitigarbha, barulah mendadak dia jadi tercerahkan, sangat menyesal karena hari itu tidak mendanakan 2,5 Kg minyak wijen. Makanya dia jadi menyadari bahwa dia berjodoh dengan Bodhisattva Ksitigarbha, sehingga dia melatih pintu Dharma Ksitigarbha dengan sangat bagus, setiap hari membaca Ksigarbha Sutra, melafal nama Bodhisattva Ksitigarbha, melakukan pertobatan atas karma buruk yang pernah dilakukannya. Akhirnya beliau melafal Amituofo bertekad lahir ke Alam Sukhavati, setelah meninggal dunia dan diperabukan terdapat lebih dari 300 butir sarira.

Bu guru Zhou orangnya amat baik, meskipun pada masa periode perang tidak belajar Ajaran Buddha, namun memperlakukan kami anak muridnya melampaui kasih sayang pada putra putri kandung sendiri, perhatian dan menjaga kami, tiada yang tidak diwujudkannya. Kami para anak muridnya tidak ada yang tidak berterimakasih, memperlakukan kepala sekolah dan istrinya sebagai ayahbunda kami sendiri. Guru serupa ini sudah tidak dapat ditemukan lagi saat sekarang ini.

Masa peperangan merupakan masa yang sangat menderita, barang-barang bantuan yang sampai duluan di tangan mereka, segera dibagikan kepada murid-murid terlebih dulu, baru kemudian sisanya untuk keluarga mereka sendiri, jika tidak ada tersisa, maka anak-anak mereka tidak kebagian. Anak-anak mereka tidak sedikit, sepertinya ada enam atau tujuh anak. Sepertinya anaknya yang keempat sekelas denganku, kemudian imigrasi ke Amerika. Sepertinya anak tertua masih berada di Nanjing, anak tertua lebih tua beberapa tahun dariku, apakah masih hidup atau tidak, juga tidak tahu, sudah bertahun-tahun tidak menjalin komunikasi.

“Bebas berkelana, menyelamatkan para makhluk di sepuluh penjuru”. Bodhisattva memiliki kemampuan ini, dimanapun tempat di sepuluh penjuru bila ada makhluk yang memohon, yang kesusahan, Beliau akan segera mengetahuinya, dengan wujud yang bagaimana sehingga makhluk tersebut dapat terselamatkan, maka Bodhisattva akan muncul dalam wujud tersebut, Dharma apa yang ingin didengar oleh makhluk tersebut, maka Bodhisattva akan menceramahkan Dharma seperti yang dikehendaki makhluk tersebut. Tidak ada Dharma tetap yang diceramahkan, juga tidak ada wujud jelmaan yang tetap, seluruhnya disesuaikan dengan kehendak para makhluk, bersukacita pada jasa kebajikan yang dilakukan makhluk lainnya. 

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 1 Agustus 2014


我在台灣遇到抗戰期間老校長周邦道周老師,他的夫人,抗戰勝利之後她回到南京。她家南京的房子我去過,是兩進還是三進我就不知道,四合院,房子很大,進了大門之後是園林,樹木很多,裡面的第二道門,進去之後,才是她們居住的地方。周師母告訴我,有一天,有個和尚來到她家化緣,她們那個時候沒有宗教信仰,就問這個和尚從哪來?九華山來的。問他有什麼事情?化緣。化什麼?五斤香油。她家裡有,沒給,沒有給他,那個和尚就走了。走了之後突然想起來,她家裡二門、大門沒有開,他怎麼進來的?怎麼出去之後就不見了?這個謎始終放在心上,遇到這個怪事情。這個和尚跟她說話的時候大概有十五分鐘到二十分鐘,絕對不是眼看花,不是錯覺,真有其人,怎麼一出門就不見了?前面大門沒開,他怎麼進來的?怎麼出去的?以後到台中學佛,把這個事情告訴李老師。李老師說那是地藏菩薩。她才恍然大悟,非常後悔沒有給五斤香油。所以她就知道她跟菩薩有緣,修地藏法門修得非常好,每天讀《地藏經》,念地藏菩薩名號,懺悔業障。最後念佛求生淨土,往生火化有三百多顆舍利。

我那個師母真正是好人,雖然抗戰期間沒有學佛,對待我們學生比對待她兒女還好,關心照顧,無微不至。我們學生沒有不感恩的,都把校長夫妻當作自己父母一樣看待。這樣的老師現在找不到了。抗戰生活非常清苦,救濟物資拿到手先分給同學,還有多的剩下來,他們才有分,如果沒有多下來的,她兒女就分不到。她的小孩不少,好像有六、七個。她家的好像是老四跟我同班,以後都移民到美國去了。好像老大還在南京,老大大我好幾歲,在不在不知道了,很多年沒有聯繫。「自在遊行,化度十方」,菩薩有這個能力,十方世界哪個地方眾生有求、有苦難,他都知道,應以什麼身得度他現什麼身,應該給他說什麼法,再說什麼法。無有定法可說,也沒有一定的形相,統統是恆順眾生,隨喜功德。

文摘恭录 二零一四淨土大經科註  (第八十二集)  2014/8/1